UJIAN AKHIR
SEMESTER
MATA KULIAH :
FILOLOGI
Dosen Pengampu
: Prof.
Dr. Oman Fathurahman M.Hum
Disusun Oleh
Nunu Nurhasan :
1116021000099
BAHASA DAN SASTRA
ARAB
FAKULTAS ADAB
DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
1.
Carilah 2 (dua) halaman
manuskrip,lalu terapkan langkah-langkah penelitian filologi yang telah anda
pelajari, khususnya tahap: inventarisasi, deskripsi, suntingan teks,
terjemahan, dan komentar (analisis)
(2) (1)
Berbicara mengenai
langkah langkah penelitina filologi secara kronologis alur tertib penelitian
filologi adalah sebagiai berikut :
Ø
Penentuan teks
Ø
Inventarisasi naskah
Ø
Deskrpsi naskah
Ø
Perbandingan naskah dengan teks
Ø
Suntingan teks
Ø
Terjemahan teks
Ø
Analisis isi
Dan disini saya akan mencoba memaparkannya secara rinci
1.
Penetuan teks
Tentang penentuan teks itu sendiri sebenarnya tidak ada yang harus
kita utamakan teks mana yang lebih afdhol yang akan kita kaji hal ini
tergantung kepada prefensi yang dimiliki setiap peneliti yang berbeda-beda dan
yang menurutnya menarik[1].
Dan dalam hal ini saya akan membahas tentang sebuah manuskrip yang memang sudah
tidak asing lagi dikalangan anak tamatan pesantren yakni kitab yang sangat monumental kitab jurrumiyah
Dan alasan saya memilih naskah ini, karena menurut saya yang
berlatarbelakang alumni pesantren,
naskah ini sudah tidak asing lagi dan akan sangat menarik untuk dibahas dalam
kajian ilmu filologi.
2.
Inventarisasi
naskah
Naskah yang diteliti adalah naskah dengan kode EAP211/1/1/12 di
british library. Dalam keterangan katalog Naskah tersebut, naskah yang
saya pilih memiliki 95 halaman. Akan
tetap Setelah saya melakukan pencarian
lewat internet , alhamdulilah saya menemukan naskah yang sama ada ditempat
lain. Yakni naskah dengan kode LKK_Banten2013_MBG07 koleksi Museum Banten
Girang, dan di jaman modern ini penelusuran naskah juga bisa ditelusuri melalui
database naskah online[2]
dan saya sudah telusuri salah satu database manuskrip online thesaurus of
indonesia islamic manuscripts dan saya menemukan sekitar 9 judul yang
berkaitan dengan jurumiyah diantaranya adalah al-Ajurūmīyah wa
ghayruhā,al-Ajurūmīyah, Sharḥ al-Balkhī ‘alá al-ājurūmīyah,Sharḥ al-ajurūmīyah,Sharḥ
matn al-ājurūmīyah, .Sharḥ naẓm al-ajurūmīyah, al-Taṣrīf wa al-ajurūmiyyah akan
tetapi ketika saya tidak bisa membuka database dari manuskrip tersebut, mungkin
database tersebut hanya bisa dibuka oleh orang-orang yang sudah memiliki akun
saja.
3.
Deskripsi naskah
Naskah yang saya
teliti dengan
kode EAP211/1/1/12. Kertas yang dipakai adalah kertas eropa
dan berwarna putih kusam.
Dan karena yang digunakan adalah kertas
eropa, biasanya ada water mark di dalam naskah tersebut. Tulisan yang ada dalam
naskah ini terlihat jelas, sehingga dapat dibaca dengan jelas. Aksara yang
digunakan dalam naskah ini adalah aksara arab yang berisikan tentang
kaidah-kaidah ilmu nahwu
Untuk huruf-hurufnya berukuran sedang,
bagus dan jelas, dan ada nama penyalin di naskah ini, hanya saja tidak ada tanggal pembuatannya dan tempat penulisan
naskah ini pada halaman pertama naskah.
4.
Perbedaan
naskah dengan teks
Berbicara
mengenai perbedaan naskah dan teks dalam langkah penelitian filologi, tentu
saja perbandingan teks hanya perlu dilakukan jika korpus penelitian kita
terdiri lebih dari satu salinan naskah dan tidak berlaku jika salinanya tunggal[3]. Dan
adapun dalam penelitian saya ini hanya ada korpus tunggal, dengan kata lain
kita tidak bisa mencari perbandingan naskah dan teks.
5. Suntingan
teks
Mengenai suntingan teks itu
sendiri berarti membuat suntingan teks, dengan kata lain menyiapkan edisi teks
yang bisa dibaca dan dipahami oleh khalayak luas. Dan dalam proses penyuntingan
terdapat beberapa jenis atau model edisi teks yang dapat dihasilkan oleh
seorang filolog adapun edisi-edisi tersebut adalah : edisi faksimile, edisi
diplomatik, edisi campuran dan edisi kritis dan yang pastinya masing-masing
edisi tersebut saling berbeda satu dengan yang lain. Dan dikarenakan teks yang
saya kaji sekarang adalah hasil dari database manuskrip online yang didapat
dari
https://eap.bl.uk/search/site?f%5B0%5D=ss_simplified_type%3AProject&f%5B1%5D=ss_country%3AIndonesian Maka edisi suntingan teks kali ini adalah edisi faksimile dimana model suntingan teks dihasilkan melalui penciptaan kembali (recreation) atau duplikasi teks yang berupa hasil scan. Dan inilah yang dimaksud denga edisi faksimile (facsmilie editon) dimana pada edisi ini teks yang ditampikan betul-betul asli dan apa adanya tanpa ada campur tangan.
https://eap.bl.uk/search/site?f%5B0%5D=ss_simplified_type%3AProject&f%5B1%5D=ss_country%3AIndonesian Maka edisi suntingan teks kali ini adalah edisi faksimile dimana model suntingan teks dihasilkan melalui penciptaan kembali (recreation) atau duplikasi teks yang berupa hasil scan. Dan inilah yang dimaksud denga edisi faksimile (facsmilie editon) dimana pada edisi ini teks yang ditampikan betul-betul asli dan apa adanya tanpa ada campur tangan.
(2) (1)
Karena
naskah yang saya dapat adalah naskah tunggal, maka saya juga menggunakan Metode
Penelitian Naskah Tunggal dengan Edisi Diplomatik. Edisi Diplomatik dalam
penelitian naskah tunggal adalah suatu cara mereproduksi teks sebagaimana
adanya tanpa ada perbaikan atau peruabahan dari editor. Teks dengan edisi
diplomatic (diplomatic editon) model suntingannya dihasilkan melalui sebuah
transkrpsi dan inilah contoh dari edisi teks diplomatik (diplomatic editon)
Selain
dua edisi tadi ada lagi 2 edisi lainnya yaitu edis campuran, dan edisi kritis
adapun edis campuran atau gabungan adalah model suntingan teks yang dihasilkan
melalui penggabungan bacaan dari lebih dari satu buah naskah, dan dikarnan pada
naskah yang saya bahas hanuya ada naskah tunggal maka edisi campuran tidak bisa
kita gunakan untuk penyuntingan teks.
Dan
edisi yang terakhir yakni edis kritis (critical
edition) yang mana model suntingannya dihasilkan melalui hasil olah
penyunting yang mengigninkan terbentuknya teks dengan kualitas bacaan yang
terbaik. Dan dalam teks yang saya kaji ini telah saya cocokan dengan kitab
jurumiyah yang ada di jaman sekarang jadi Untuk huruf-hurufnya
berukuran sedang, bagus dan jelas sehingga menurut saya tidak ada kesalahan pada naskah ini sehinga tidak
memerlukan campur tangan baik berupa perbaikan, pengurangan, penambahan atau
penggantian kata
6.
Terjemahan teks
Dalam proses penerjemahan adalah
menerjemahkan teks yang telah disunting
dan dalam konteks filologi Indonesia tentu saja penerjemahan dilakukan
jikalau teks yang dikaji berbahasa asing dan tak banyak dikenal oleh calon
pembaca. Seperti bahasa arab, sunda, jawa dan bahasa yang lainnya dan teks yang
sedang saya bahas sekarang adalah teks berbahasa arab yang tentunya sangat
perlu untuk ditrjemahkan, adapun terjemahan dari teks yang saya kaji adalah
sebagai berikut :
kalam (kalimat) adalah Lafadz yang tersusun yang berfaedah dengan
bahasa arab. Penyusun kalimat itu ada tiga: Isim, fi’il, dan huruf yang
memiliki arti.
·
Isim itu dapat dikenali dengan adanya khafadh ,
tanwin, dan bisa dimasuki alif dan lam. Huruf khafadh itu adalah :
مِنْ (dari),
إِلَى(ke), عَنْ (dari), عَلَى(di atas),فِي (di), رُبَّ (jarang), بِ (dengan), كَ (seperti), لِ (untuk) Isim dapat
dikenali juga dengan huruf qasam (sumpah) yaitu waw, ba dan ta.
·
Fiil itu dikenali dengan adanya قَد (sungguh/terkadang), سَ (akan) ،
سَوْفَ(akan)
،
تَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَةِ (ta ta’nits yang mati)
·
Huruf itu adalah sesuatu yang tidak
memenuhi ciri-ciri isim dan fi’il
I’rab itu adalah berubahnya akhir kata karena
perbedaan amil-amil yang masuk atasnya baik secara lafadz atau taqdir.
Pembagian i’rab itu ada empat:
- Rafa’
- Nashab
- Khofadh /Jar
- Jazm.
Setiap isim itu bisa dalam kondisi rafa’, nashab,
khafad akan tetapi tidak mungkin dalam kondisi jazm
Setiap fi’il itu bisa dalam kondisi rafa’, nashab,
jazm akan tetapi tidak mungkin dalam kondisi khafadh.
7. Analisis isi
Secara keseuruhan isi teks ini,
menceritakan tentang kaidah nahwu (Arabic
grammar ) kitab “Aj-jurrumiyah” itu sendiri merupakan kitab dasar dalam ilmu nahwu, karangan Abu Abdulloh Muhammad bin
Muhammad bin Dawud Ash-Shinhajie Rahimahullah (Ada yang menyebut Imam
Shonhaji).
Kitab ini adalah sebuah kitab yang sangat masyhur dan biasa dipakai oleh kalangan pesantren untuk
pembelajaran dasar-dasar ilmu nahwu bagi pemula, dalam mengawali
pembelajaran ilmu nahwu.Dalam setiap
sorogan, santri dituntut paham dan mampu menghapal tiap kaidah-kaidahnya, agar
memudahkan pemahaman materi selanjutnya.
Al-kisah diceritakan, Syeikh Imam Al-Sinhaji pengarang kitab ini ; tatkala
telah selesai menulis kaidah-kaidah ilmu nahwu dengan menggunakan sebuah tinta,
beliau mempunyai azam untuk meletakkan karyanya tersebut di dalam air. Dengan
segala sifat kewara’annya dan ketawakkalannya yang tinggi, beliau berkata dalam
dirinya : “Ya Allah jika saja karyaku ini akan bermanfaat, maka jadikanlah
tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak luntur di dalam air”. Ajaib,
ternyata tinta yang tertulis pada lembaran kertas tersebut tidak luntur.
Dalam riwayat lain disebutkan, ketika beliau merampungkan karya tulisnya
tersebut, beliau berazam akan menenggelamkan tulisannya tersebut dalam air
mengalir, dan jika kitab itu terbawa arus air berarti karya itu kurang
bermanfaat. Namun bila ia tahan terhadap arus air, maka berarti ia akan tetap
bertahan dikaji orang dan bermanfaat. Sambil meletakkan kitab itu pada air
mengalir, beliau berkata : “Jurrumiyah, jurrumiyah” (mengalirlah wahai air ! ).
Anehnya, setelah kitab itu diletakkan pada air mengalir, kitab yang baru
ditulis itu tetap pada tempatnya.
Itulah kitab matan “Jurrumiyah” yang masih dipelajari hingga kini. Sebuah
kitab kecil dan ringkas namun padat yang berisi kaidah-kaidah ilmu nahwu dan
menjadi kitab rujukan para pemula dalam mendalami ilmu nahwu di berbagai dunia.
Selain ringkas, kitab mungil ini juga mudah untuk dihafal
Dalam naskah dengan kode
EAP211/1/1/12 di british library ini, menjelaskan
bagaimana ciri-ciri isim,fiil,
huruf dan juga menjelaskan apa itu mabni dan apa itu mu’rab
dan segala problematika nahwu semuanya dijelaskan dalam kitab ini.
2. Apa yang harus kita lakukan agar kajian
manuskrip dan Filologi diminati oleh para mahasiswa generasi milenial?
Menurut hemat saya agar kajian manuskrip dan filologi diminati oleh para
mahasiswa generasi milenial adalah dengan cara menjadikan filologi bukan hanya
sekedar membaca manuskrip is not just about reading manuscipt akan
tetapi kita harus menjadikan manuskip sebagai sesuatu yang mempunyai brand yang
mampu memberikan dampak positif bagi
masyarakat karena Generasi milenial sangat tertarik pada isu-isu sosial. Selain
mengetahui sesuatu, mereka juga tertarik untuk mengetahui nilai apa yang ada di
balik sesuatu tersebut.
Atau bisa juga dengan membuat sebuah vlog Untuk menarik generasi
minat generasi milenial. Vlog adalah salah satu cara efektif untuk menarik
perhatian dari generasi milenial. Dengan vlog, bisa membantu generasi-generasi
muda untuk lebih mengenal apa itu manuskrip dan apa itu filologi . dengan vlog
kajian filologi seakan mempunyai nafas segar dan bisa menghilangkan pandangan
bahwa filologi adalah sesuatu yang kolot.
Generasi milenial lebih banyak menonton video lewat gadget. Oleh
karena itu, 10 detik pertama amatlah krusial dalam menentukan apakah mereka
akan lanjut nonton, atau justru melakukan hal lain. Pastikan 10 detik pertama
dibuat menarik dan eye-catching agar mereka mau menonton videomu lebih lanjut.
Dan merasa tertarik dengan yang namanya filolog. Dan buatlah video yang
eksentrik atau tidak membosankan, sebab generasi milenial mudah bosan dengan konten-konten
kuno yang normatif dan membosankan. Untuk menjadi berbeda dengan konten-konten
lainnya, jadilah eksentrik
3.
pengalaman dan kesan selama
mengikuti mata kuliah Filologi, apa pelajaran yang dapat anda petik dari kajian
terhadap manuskrip-manuskrip Nusantara tersebut?
Kesan pertama saya selama mengikuti mata kuliah filologi, saya
merasa sangat beruntung bisa belajar ilmu filologi yang sangat luar biasa
apalagi didampingi oleh seorang dosen yang notabene adalah guru besar filologi
di nusantara yaitu Bapak Prof.Dr. Oman Faturahman M.Hum, Saya bisa mempelajari
dan memperdalamnya langsung kepada pakarnya dengan filologi saya jadi tahu
lebih dalam bagaimana sebuah naskah atau manuskrip dikaji dalam segala aspek
keilmuan, karena dalam filologi itu sendiri dibutuhkan berbagai macam disiplin
ilmu Contohnya saja critical text dalam
ruang lingkup filologi critical text sangat diperlukan karena kajian
filologi itu sendiri mencakup penelusuran terhadap sebuah teks/manuskrip
seorang filolog harus meneliti atau
menelusuri silsilah sebuah manuskrip, kapan disalinnya sebuah manuskrip berapa
kali disalnnya sebuah manuskrip kemudian di rekontruksikan.
Kemudian
unsur sejarah, sudah kita ketahui bahwasannya sumber pokok dari filologi
adalah sebuah manuskrip yang ada pada zaman dahulu maka wajib hukumnya
bagi seorang filolog untuk memperdalam sejarah
Dan dalam
kajian filologi juga diperlukan pengetahuan tentang linguistik, karena dalam mempelajari ilmu
filologi pasti kita dihadapkan dengan teks-teks yang harus kita pahami dengan
sangat baik, maka dari itu seorang filolog harus bisa memahami kaidah-kaidah
lingusistik
Adapun pelajaran yang bisa saya petik dari kajian terhadap
manuskrip-manuskrip nusantara adalah setelah mempelajari lebih dalam tentang
filologi saya juga menjadi tahu bahwasannya kegiantan tulis menulis di
nusantara sudah ada dari berabad-abad silam dan telah mengalami berbagai macam
perubahan mulai dari sebelum abad ke 14 dimana kebudayaan bangsa Indonesia
dipengaruhi oleh agama hindu dan budha dan dari segi tulisan pada masa tersebut
menggunakan aksara palawa (awal,tengah dan akhir ) jawa,dan sansakerta dan juga
pada Abad 14-19 pada masa ini islamisasi di
Indonesia sangat berkembang pesat dan menghasilkan kebudayaan baru dan
dari segi tulisan pun sudah berubah yaitu tulisan arab yang kemudian di
lokalisasi menjadi aksara jawi,pegon dsb.
Dan pada Abad 19 sampai sekarang dipengaruhi oleh masa kolonial
oleh karena itu segi tulisan pun berubah menjadi aksara latin . Hal-hal inilah
membuktikan bahwasnnya bangsa indonesia adalah bangsa yang cerdas dan bangsa
yang berpendidikan.
4.
apa perbedaan kajian Filologi di UIN
dibandingkan dengan kajian Filologi di perguruan-perguruan tinggi umum lain,
seperti UI, UGM, atau Unpad?
Menurut saya perbedaan kajian di semua perguran tinggi pada
umumunya tidak berbeda jauh, hanya saja menurtu saya kajian filologi di UIN itu
sendiri bisa dikatakan selangkah lebih maju one step ahead hal ini dikarnakan karena adanya naskah-naskah
yang berbahasa arab, dan hemat saya untuk naskah-naskah yang berbau arab dan
keislaman UIN sendiri bisa dikatakan lebih unggul dari perguruan tinggi umum
lainnya seperti UI,UGM , atau Unpad. Di tambah lagi di Uin jakarta sendri
adanya Pusat Pengkajian Islam Dan Masyarakat (PPIM) yang mana didalamnya mengkaji tentang
manuskrip-manuskrip dan dikelola langsung oleh seorang Filolog yang sangat
handal dan terkemuka di Indonesia yaitu Prof.Dr. Oman Faturahman M.Hum

Komentar
Posting Komentar